Jumat, 09 Maret 2012

Pemuda dan Prestasi Kepemimpinan Bangsa



Oleh : Khoiriyyah Azzahro


Bung Karno pernah berkata “Berikanlah Aku seribu orang tua, maka kita akan mampu merobohkan Himalaya”. Bung Hatta menimpali “Berikanlah padaku sepuluh pemuda, maka kami akan dapat mengguncang dunia”
Ucapan dua tokoh proklamator kemerdekaan ini menunjukkan betapa ‘dahsyat’nya kekuatan kaum muda dalam kehidupan dan peradaban. Tak hanya bagi bangsa dan negri Indonesia, namun juga bagi seluruh umat dunia pada umumnya.
Ini karena disadari atau tidak, kiprah kaum muda selalu mengawali perjalanan bangsa Indonesia. Bahkan sejak negri ini belum menemukan makna, bentuk dan hakikat kehidupan kenegaraan. Kaum muda selalu menyertai jejak-jejak langkah bangsa ini dalam menapaki bentangan zaman.
Sejarah telah mencatat, atas prakarsa kaum mudalah negri ini tergerak bangkit dari belenggu penjajahan. Atas semangat Dr. Soetomo, Gunawan dan Sutardji-lah, negri ini bagai disinari saat kegelapan pembodohan mendera negri ini. Lewat tangan Wahidin Sudirohusodo, Dr.Cipto Mangunkusumo dan Supriyadi-lah rakyat bangsa ini digugah bahwa kemerdekaan harus segera terwujud dan kebebasan harus segera diraih.
Dan sejarah mencatat, begitu banyak nama kaum muda yang telah berhasil menyertai bangsa ini ke arah gerbang kemenangan. Sutan Syahrir, Chairul Saleh, Darwis dan Wicana adalah diantaranya. Bila tidak karena peran mereka dalam peristiwa penculikan dua tokoh di atas ke desa Rengasdengklok, mungkinkah proklamasi akan berkumandang? Arif Rahman Hakim dan Soe Hok Gie adalah beberapa nama yang juga berhasil merepresentasikan dan merekomendasikan para kaum muda sebagai generasi pengukir beragam prestasi di negri ini.
Berbekal pengalaman yang tak sedikit itu, patulah kiranya kita katakana bahwa energi dan prestasi kaum muda Indonesia sejatinya tak terbatas. Dari waktu ke waktu, mereka telah menggerakkan roda zaman ini dengan bentuk, cara dan senjata mereka sendiri. Yang oleh Sukardi Rinakit disebut sebagai kemuliaan heroik, kemulian kepahlawanan.
Hingga dengan ini sungguhlah tak ada alasan dan sangat ‘ahistoris’ bila menyatakan kaum muda tak berkemampuan untuk memimpin negri ini. Karena negri ini belumlah tua untuk dipimpin oleh generasi muda.
Di masa kini, negri yang telah berumur lebih dari setengah abad ini memimpikan (baca: membutuhkan) tak hanya figur pemimpin yang cerdas, berwibawa dan bermoral. Negri ini impikan pemimpin yang transforming, yaitu pemimpin yang mampu mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, pemimpin yang ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan  tut wuri handayani.
Negri ini juga impikan pemimpin yang berjiwa pahlawan, yang selalu berupaya tak hanya memberi teladan, menggalang tekad rakyat, memahami dan menjalankan aspirasi/amanah rakyat, namun juga harus berenergi untuk memahami semangat zaman serta mampu memberi gagasan-gagasan segar dalam mencari solusi berbagai masalah bangsa. Dan kaum muda adalah kelompok yang amat potensial akan beragam karakter kepemimpinan impian ini.
Maka belajar dari sejarah panjang, sudah waktunya negri kembali memberi kepercayaan kaum muda untuk memikul tonggak kepemimpinan bangsa dengan dukungan dari kaum tua yang tentu lebih berpengalaman. Kiranya ada prestasi-prestasi dan kebanggaan yang belum difahami oleh kaum muda masa kini.
Prestasi yang semestinya tak hanya menjadi milik seorang Gajah Mada yang bergelar ‘Patih’ dalam usia muda hingga bersumpah atas buah Pala demi mempersatukan bangsa ini. Atau hanya menjadi kenangan bagi sekitar 750 pemuda yang berikrar pada 28 Oktober 1928 guna memerangi perpecahan bangsa ini. Karena selayaknya harus ada prestasi-prsetasi kepemimpinan yang kembali dicetak oleh kaum muda negri ini.
Di awal 63 tahun perjalanan kemerdekaan dan delapan puluh tahun semangat sumpah pemuda yang akan segera kita peringati di bulan Oktober nanti, patutlah kita memberi dukungan sepenuhnya kepada pemuda dan kaumnya untuk kembali mencetak prestasi dalam memimpin negri ini. Perlahan hilangkanlah ragu, kecurigaan dan ketidakpercayaan terhadap kemampuan kaum muda untuk memberi sumbangsihnya bagi negri ini. Dan sebaliknya ciptakan kesempatan untuk belajar, berkarya dan berjuang dalam memimpin negri yang teramat rindu akan perubahan ini.

Penulis : pengamat sosial dan kesusastraan
Banjarmasin 13rd August 2008

Tulisan ini telah dimuat pada Harian Banjarmasin Post Oktober 2008 dengan nama asli saya..