Review Kumpulan
Cerita Pendek Kisah Abrukuwah
Kisah
Wartawan yang Tertawan
Abrukuwah, seorang wartawan, sedang diintrogasi
petugas di sebuah ruangan. Anehnya, tak sedikit pun ia mendapatkan perlakuan
kasar, para petugas hanya bertanya-tanya tentang kebenaran bahwa ia telah bergabung
dengan suatu kelompok ekstrim kaum muda. Abrukuwah merasa heran. Ia menduga,
perlakuan ‘manis’ para introgator itu karena ia dalah seorang wartawan milik
(aliansi) pemerintah. Entah kalau seandaainya ia adalah wartawan yang bukan
milik pemerintah.
Abrukuwah
akhirya mengundurkan diri dari tempatnya bekerja, setelah ia tahu bahwa media
cetak tempat ia bekerjalah yang menebarkan isu tentang kelompok ekstrim itu.
Judul :
Kisah Abrukuwah
Jenis :
Kumpulan Certa Pendek
Penulis : Sori Siregar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2003
Harga : Rp. 10.000 (buku murah gramedia
veteran banjarmasin)
ISBN : 979-22-0564-0
Beragam cerita pendek yang menyentil masalah sosial,
skonomi, politik, budaya hingga keamanan negeri sebenarnya sudah lama banyak
diangkat di berbagai media cetak dan elektronik. Begitu pula cerita pendek
karya Sori Siregar dalam buku kumpulan cerpen ini.
Sori Sutan Siregar lebih dikenal sebagai cerpenis,
novelis dan kolumnis meskipun sebenarnya beliau juga pernah bekerja sebagai redaktur
pelaksana di berbagai majalah dan sebagai penggiat media elektronik di RRI dan
Televishen Malaysia Seksi Indonesia hingga ke USA. Bernama lengkap Sori Sutan
Sirovi Siregar (selanjutnya disingkat S4), menulis sejak 1960 dan hanya menulis
cerita pendek selama hampir 20 tahun. Pada tahun 1980an baru menulis novel. S4
dan Gerson Poyk adalah pengarang Indonesia pertama yang mengikuti International
Writing Program di Universitas IOWA, USA. Karya-karya S4 yang lain diantaranya
adalah Kumpulan Cerpen Dosa Atas Manusia (1967) dan Senja (1979). Sayangnya Kisah
Abrukuwah adalah satu-satunya karya S4 yang saat ini saya miliki.
Dalam kumpulan cerita pendek Kisah Abrukuwah, S4 banyak menyentil masalah sosial, ekomomi dan politik
dengan gaya realis. Cerita mengalir apa adanya tanpa tanda kiasan atas
majas-majas tertentu. Seperti pada cerita pendek Medioker, dengan gamblang S4 membeberkan bahwa sesungguhnya ada
pihak-pihak yang segan, takut dan selaalu curiga pada keberadaan media cetak,
elektronik bahkan pada wartawan. Tampak benar bagi pihak-pihak ini bahwa
Matapena bisa lebih tajam daripada Matapedang. Namun anehnya pihak-pihak ini
masih saja gemar mengubar sensasi demi popularitas dan nama besar. Satu cerpen
yang cukup menyentil saya adalah yang berjudul Makati. Dikisahkan bahwa betapa perpustakaan tak lagi dihargai,
haya dianggap sebagai tempat mencari uang bukan untuk mencari ilmu. Perpustakaan
tak perlu dipertahankan keberadaannya.
Kelebihan kisah-kisah pada Kisah Abrukuwah adalah masih relevannya pesan dan amanat dalam kisah-kisah
tersebut meski ceritanya sendiri ditulis sudah bertahun-tahun yang lalu. Sayangnya
kebanyakan akhir kisah pada cerita pendek dalam kumpulan cerpen Kisah Abrukuwah ini terlalu sederhana. Meski
terkesan ada twist atau kejutan yang
ingin dihadirkaan oleh penulis, namun terasa kurang greget. Kelebihan yang lain
adalah beberapa kisah mengangkat nasib, dilema, tantangan dan kemalangan yang
dialami warga ‘pinggiran’ seperti wartawan di tengah negara yang masih kuat
arogansinya.
Saya memberi tiga bintang untuk kumpulan cerita pendek
ini.