Minggu, 09 April 2017



Review Kumpulan Cerita Pendek Kisah Abrukuwah

Kisah Wartawan yang Tertawan

Abrukuwah, seorang wartawan, sedang diintrogasi petugas di sebuah ruangan. Anehnya, tak sedikit pun ia mendapatkan perlakuan kasar, para petugas hanya bertanya-tanya tentang kebenaran bahwa ia telah bergabung dengan suatu kelompok ekstrim kaum muda. Abrukuwah merasa heran. Ia menduga, perlakuan ‘manis’ para introgator itu karena ia dalah seorang wartawan milik (aliansi) pemerintah. Entah kalau seandaainya ia adalah wartawan yang bukan milik pemerintah.
 Abrukuwah akhirya mengundurkan diri dari tempatnya bekerja, setelah ia tahu bahwa media cetak tempat ia bekerjalah yang menebarkan isu tentang kelompok ekstrim itu.




Judul     : Kisah Abrukuwah
Jenis   : Kumpulan Certa Pendek
Penulis   : Sori Siregar
Penerbit  : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit   : 2003
Harga : Rp. 10.000 (buku murah gramedia veteran banjarmasin)
ISBN   : 979-22-0564-0

Beragam cerita pendek yang menyentil masalah sosial, skonomi, politik, budaya hingga keamanan negeri sebenarnya sudah lama banyak diangkat di berbagai media cetak dan elektronik. Begitu pula cerita pendek karya Sori Siregar dalam buku kumpulan cerpen ini.
Sori Sutan Siregar lebih dikenal sebagai cerpenis, novelis dan kolumnis meskipun sebenarnya beliau juga pernah bekerja sebagai redaktur pelaksana di berbagai majalah dan sebagai penggiat media elektronik di RRI dan Televishen Malaysia Seksi Indonesia hingga ke USA. Bernama lengkap Sori Sutan Sirovi Siregar (selanjutnya disingkat S4), menulis sejak 1960 dan hanya menulis cerita pendek selama hampir 20 tahun. Pada tahun 1980an baru menulis novel. S4 dan Gerson Poyk adalah pengarang Indonesia pertama yang mengikuti International Writing Program di Universitas IOWA, USA. Karya-karya S4 yang lain diantaranya adalah Kumpulan Cerpen Dosa Atas Manusia (1967) dan Senja (1979). Sayangnya Kisah Abrukuwah adalah satu-satunya karya S4 yang saat ini saya miliki.
Dalam kumpulan cerita pendek Kisah Abrukuwah, S4 banyak menyentil masalah sosial, ekomomi dan politik dengan gaya realis. Cerita mengalir apa adanya tanpa tanda kiasan atas majas-majas tertentu. Seperti pada cerita pendek Medioker, dengan gamblang S4 membeberkan bahwa sesungguhnya ada pihak-pihak yang segan, takut dan selaalu curiga pada keberadaan media cetak, elektronik bahkan pada wartawan. Tampak benar bagi pihak-pihak ini bahwa Matapena bisa lebih tajam daripada Matapedang. Namun anehnya pihak-pihak ini masih saja gemar mengubar sensasi demi popularitas dan nama besar. Satu cerpen yang cukup menyentil saya adalah yang berjudul Makati. Dikisahkan bahwa betapa perpustakaan tak lagi dihargai, haya dianggap sebagai tempat mencari uang bukan untuk mencari ilmu. Perpustakaan tak perlu dipertahankan keberadaannya.
Kelebihan kisah-kisah pada Kisah Abrukuwah adalah masih relevannya pesan dan amanat dalam kisah-kisah tersebut meski ceritanya sendiri ditulis sudah bertahun-tahun yang lalu. Sayangnya kebanyakan akhir kisah pada cerita pendek dalam kumpulan cerpen Kisah Abrukuwah ini terlalu sederhana. Meski terkesan ada twist atau kejutan yang ingin dihadirkaan oleh penulis, namun terasa kurang greget. Kelebihan yang lain adalah beberapa kisah mengangkat nasib, dilema, tantangan dan kemalangan yang dialami warga ‘pinggiran’ seperti wartawan di tengah negara yang masih kuat arogansinya.
Saya memberi tiga bintang untuk kumpulan cerita pendek ini.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar