Mary
of Nazareth
Sang Perawan Suci Nan
Pemberani
Judul :
Mary of Nazareth
Penulis :
Marek Halter
Penerbit :
Mizania (Lini Mizan Publishing)
Tebal :
477 halaman
Harga :
Rp 20.000 buku diskon TB Gramedia Veteran Banjarmsin (Asli Rp 40.000 sd Rp
46.400)
Termulakanlah....
Jujur, Saya tak
tahu sejauh mana tren pasar buku-buku bertema keagamaan atau sejarah keagamaan,
baik yang berupa prosa narasi (bertutur dengan sastrawi serupa karya roman atau
novel) maupun yang berupa kisah apa adanya, baik di dalam maupun di luar
negeri. Namun –menurut Saya- Mary of Nazareth (MoN) bisa menjadi
buku yang menarik bagi pecinta buku-buku bertema fiksi sejarah. Ini karena
sebanyak 477 halaman pembaca disuguhkan pengetahuan tentang tokoh perawan suci
nan masyur ini.
Meski terlihat
berat karena ketebalannya, sebenarnya tak perlu waktu lama untuk
menyelesaikannya. Ini tersebabkan huruf-hurufnya cukup besar sehingga mata tak
gampang lelah saat membaca. Jadi, dari segi kuantitas buku ini cukup nyaman
dibaca.
Tersebablah....
Dari pengantar
singkat pada halaman muka, rupanya MoN sudah menoreh banyak pujian dari dalam
dan luar negeri. Marek Halter sendiri ternyata telah banyak menulis buku-buku
bertema sejarah agama, seperti The Messiah, The Myteries of Yerussalem,
dan The
Book of Abraham. Namun, jujur, buku-buku tersebut belum pernah Saya
temui di pasaran negeri ini.
Tertorehlah....
Mary -atau Maria
di dalam bible/injil, atau Maryam di dalam Al-Qur’an- dikenal dunia sebagai
ibunda yang melahirkan Yesus (Yesua) atau Nabi Isa (Al-Masih). Mary lahir di
Nazareth, sebuah kota kuno di utara Israel, di selatan pegunungan Libanon.
Dalam Al-Qur’an,
Maryam adalah putri keluarga Imran (lihat Al-Qur’an Surah Ali Imran). Sebuah
keluarga yang amat termashur karena keshalihan mereka dalam menjalankan agama
nabi Allah sebelumnya, sehingga dicintai Allah Subhanawata’ala. Namun pada MoN,
Mary merupakan putri dari Joachim dan Hannah (dalam pencarian Saya ‘ke rumah
Mbah Google” Joachim dikenal juga sebagai ‘Amran’, yaitu ‘Imran’ dalam ejaan
orang Libanon atau Israel. Dan Hannah dikenal juga sebagai ‘Anna’).
Mary hidup di
masa kekuasaan Raja Herodes (pada sebuah film tentang Maryam yang pernah Saya
tonton di televisi, sang raja juga dikenal dengan Raja Herod –tanpa akhiran
‘es’). Raja ini terkenal amat lalim dan semena-mena terhadap rakyatnya. Suatu
hari, serombongan tentara bayaran raja menggeledah satu persatu rumah penduduk.
Mereka sedang mencari orang-orang yang mereka anggap sebagai bandit-bandit
pemberontak. Menurut mereka bandit-bandit ini ingin merampok petugas pajak dan
menculik raja. Bandit-bandit ini telah berkali-kali dihukum namun berulah
kembali.
Saat rumah
keluarga Joachim digeledah, Mary diminta untuk bersembunyi di loteng. Tak
diduga di loteng Mary berjumpa dengan seorang pemuda bernama Barabbass. Meski
awalnya amat terkejut, Mary akhirnya bersimpati pada Barabbas, bahkan memberi
pemuda itu makanan sekadarnya. Mary pun dengan berani menentang para tentara
Herodes.
Pada saat
tentara Herod mendatangi rumah Nenek Hulda, Joachim menombak salah satu
tentara. Ini menyebabkan Joachim dipenjarakan. Mary pun berusaha mencari
bantuan untuk membebaskan ayahnya. Mary meminta tolong pada Barabbas dan
teman-temannya.
Beberapa hari
kemudian, Barabbas dan teman-temannya nekad melancarkan serangan untuk
menyerang penjara. Salah satu teman Barabbas adalah Abdias, si pemuda kecil yang
pemberani. Abdias dengan segera meraih simpati Joachim. Bahkan mendapat ijin
Joachim untuk kelak menyunting Mary sebagai istri. Karena kondisi yang tak
memungkinkan, Mary dan ayahnya untuk sementara waktu tak pulang ke Nazareth. Ia
tinggal dan bersembunyi di tempat sepupunya yaitu suami istri Halwa dan Yusuf
di Magdala.
Joachim kemudian
menggagas upaya untuk menggalang kekuatan demi menentang pemerintahan Herod.
Berbagai rahib diundang. Termasuk Barabbas dan beberapa teman pemberontaknya.
Sayangnya tak didapat kata sepakat diantara mereka, sehingga gagal-lah
perundingan tersebut.
Untuk mengetahui
kondisi di Kota Nazareth, Joachim mengandalkan Abdias dan Barabbas yang menjadi
mata-mata. Sayang sekali, Abdias terluka parah saat menjadi mata-mata. Dukun
setempat tak sanggup menyembuhkan. Sehingga diputuskan untuk membawa Abdias ke
Kuil Beth Zabdai. Mary dan Rakib yang bertugas mengantarkan ke kuil. Takdir
rupanya tak memihak mereka. Abdias meninggal diperjalanan.
Mary yang
teramat sedih, mulai kehilangan akal. Ia berharap para rahib di kuil dapat
menghidupkan kembali Abdias. Namun itu tak mungkin. Mary amat terguncang hingga
pingsan berkali-kali. Dengan kemurahan hati Joseph de Arimatea, sang rahib di
kuil tersebut, Mary akhirnya diijinkan tinggal di kuil. Mary rupanya tertarik
pada ilmu pengobatan. Meski hatinya tetap sedih dan tak sehari pun ia lali
mengunjungi makam Abdias, Mary tetap giat belajar ilmu pengobatan. Hingga suatu
hari Mary berkesempatan menyembuhkan seorang wanita tua yang diambang kematian.
Sejak itu, orang-orang ramai mengunjingi kuil, berharap orang yang dicintainya
yang telah mati dapat hidup kembali melalui tangan Mary. Padahal tentu saja itu
tak mungkin. Setelah sekian lama tinggal di kuil, Mary akhirnya kembali pulang
pada ayahnya setelah mendengar berita kematian ibunya melalui Rekab dan Maryam
(anak Halwa dan Yusuf).
Suatu hari Mary
berjumpa dengan Barabbas. Pemuda itu melamarnya. Namun Mary menolak. Setelah
Halwa meninggal, Joachim mencoba menjodohkan Mary dengan Yusuf, namun ini pun ditolak
oleh Mary. Hingga hari-hari selanjutnya, tiba-tiba Mary menyampaikan
kehamilannya yang membuat seluruh keluarga gempar. Hanya Maryam yang yakin
bahwa anak di perut Mary itu pastilah Messiah.
Karena malu pada
gunjingan orang-orang, Mary, Yusuf dan Ruth –wanita yang menjadi teman Mary
saat di kuil, pindah ke Bethlehem. Saat ada pendataan oleh petugas setempat,
Mary memberi nama anak dalam perutnya sebagai Yesus atau Yesua atau Iesus yang
bermakna ‘sang penyelamat’.
Terikhtisarlah....
Sejauh ini, Saya
memang belum banyak membaca sastra sejarah umat kristiani. Salah satu buku yang
pernah Saya baca dengan nilai sejarah kristen yang ‘cukup banyak’ adalah Foucault’s Pendulum (FP) karya Umberto
Eco. Namun buku ini bukanlah buku sejarah. Ia hanya menggunakan beberapa kisah
perang salib hingga persaudaraan freemansonry
sebagai bahasan untuk merunutkan teka-teki. Namun dari FP-lah Saya
mengetahui, bahwa ada banyak golongan dari umat kristiani yang sebenarnya tak
percaya bahwa Yesus/Mesiah/Nabi Isa mati di tiang salib. Mungkin saja Marek
Halter adalah salah satu dari golongan ini.
Setidaknya,
meski ada hal-hal yang membingungkan bagi Saya, contohnya seperti nama
Isa-Yesus-Yesua yang belum Saya pahami bagaimana susunan perubahan ejaannya
(tak semudah Imran-Amran-Joachim), buku ini cukup memberikan banyak pengetahuan
tentang Mary atau Maryam dan keluarganya. Terutama tentang kegigihan,
keberanian, ketabahan, kemurnian cinta, mukjizat penyembuhan dan kesabaran
seorang perempuan suci yang kisahnya diuraikan dalam dua surah Al-Qur’an.
-selesai-