Kamis, 05 Maret 2015

Mary of Nazareth

Sang Perawan Suci Nan Pemberani





Judul               : Mary of Nazareth
Penulis             : Marek Halter
Penerbit           : Mizania (Lini Mizan Publishing)
Tebal               : 477 halaman
Harga              : Rp 20.000 buku diskon TB Gramedia Veteran Banjarmsin (Asli Rp 40.000 sd Rp 46.400)


Termulakanlah....
Jujur, Saya tak tahu sejauh mana tren pasar buku-buku bertema keagamaan atau sejarah keagamaan, baik yang berupa prosa narasi (bertutur dengan sastrawi serupa karya roman atau novel) maupun yang berupa kisah apa adanya, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun –menurut Saya- Mary of Nazareth (MoN) bisa menjadi buku yang menarik bagi pecinta buku-buku bertema fiksi sejarah. Ini karena sebanyak 477 halaman pembaca disuguhkan pengetahuan tentang tokoh perawan suci nan masyur ini.
Meski terlihat berat karena ketebalannya, sebenarnya tak perlu waktu lama untuk menyelesaikannya. Ini tersebabkan huruf-hurufnya cukup besar sehingga mata tak gampang lelah saat membaca. Jadi, dari segi kuantitas buku ini cukup nyaman dibaca.

Tersebablah....
Dari pengantar singkat pada halaman muka, rupanya MoN sudah menoreh banyak pujian dari dalam dan luar negeri. Marek Halter sendiri ternyata telah banyak menulis buku-buku bertema sejarah agama, seperti The Messiah, The Myteries of Yerussalem, dan The Book of Abraham. Namun, jujur, buku-buku tersebut belum pernah Saya temui di pasaran negeri ini.

Tertorehlah....
Mary -atau Maria di dalam bible/injil, atau Maryam di dalam Al-Qur’an- dikenal dunia sebagai ibunda yang melahirkan Yesus (Yesua) atau Nabi Isa (Al-Masih). Mary lahir di Nazareth, sebuah kota kuno di utara Israel, di selatan pegunungan Libanon.
Dalam Al-Qur’an, Maryam adalah putri keluarga Imran (lihat Al-Qur’an Surah Ali Imran). Sebuah keluarga yang amat termashur karena keshalihan mereka dalam menjalankan agama nabi Allah sebelumnya, sehingga dicintai Allah Subhanawata’ala. Namun pada MoN, Mary merupakan putri dari Joachim dan Hannah (dalam pencarian Saya ‘ke rumah Mbah Google” Joachim dikenal juga sebagai ‘Amran’, yaitu ‘Imran’ dalam ejaan orang Libanon atau Israel. Dan Hannah dikenal juga sebagai ‘Anna’).
Mary hidup di masa kekuasaan Raja Herodes (pada sebuah film tentang Maryam yang pernah Saya tonton di televisi, sang raja juga dikenal dengan Raja Herod –tanpa akhiran ‘es’). Raja ini terkenal amat lalim dan semena-mena terhadap rakyatnya. Suatu hari, serombongan tentara bayaran raja menggeledah satu persatu rumah penduduk. Mereka sedang mencari orang-orang yang mereka anggap sebagai bandit-bandit pemberontak. Menurut mereka bandit-bandit ini ingin merampok petugas pajak dan menculik raja. Bandit-bandit ini telah berkali-kali dihukum namun berulah kembali.
Saat rumah keluarga Joachim digeledah, Mary diminta untuk bersembunyi di loteng. Tak diduga di loteng Mary berjumpa dengan seorang pemuda bernama Barabbass. Meski awalnya amat terkejut, Mary akhirnya bersimpati pada Barabbas, bahkan memberi pemuda itu makanan sekadarnya. Mary pun dengan berani menentang para tentara Herodes.
Pada saat tentara Herod mendatangi rumah Nenek Hulda, Joachim menombak salah satu tentara. Ini menyebabkan Joachim dipenjarakan. Mary pun berusaha mencari bantuan untuk membebaskan ayahnya. Mary meminta tolong pada Barabbas dan teman-temannya.
Beberapa hari kemudian, Barabbas dan teman-temannya nekad melancarkan serangan untuk menyerang penjara. Salah satu teman Barabbas adalah Abdias, si pemuda kecil yang pemberani. Abdias dengan segera meraih simpati Joachim. Bahkan mendapat ijin Joachim untuk kelak menyunting Mary sebagai istri. Karena kondisi yang tak memungkinkan, Mary dan ayahnya untuk sementara waktu tak pulang ke Nazareth. Ia tinggal dan bersembunyi di tempat sepupunya yaitu suami istri Halwa dan Yusuf di Magdala.
Joachim kemudian menggagas upaya untuk menggalang kekuatan demi menentang pemerintahan Herod. Berbagai rahib diundang. Termasuk Barabbas dan beberapa teman pemberontaknya. Sayangnya tak didapat kata sepakat diantara mereka, sehingga gagal-lah perundingan tersebut.
Untuk mengetahui kondisi di Kota Nazareth, Joachim mengandalkan Abdias dan Barabbas yang menjadi mata-mata. Sayang sekali, Abdias terluka parah saat menjadi mata-mata. Dukun setempat tak sanggup menyembuhkan. Sehingga diputuskan untuk membawa Abdias ke Kuil Beth Zabdai. Mary dan Rakib yang bertugas mengantarkan ke kuil. Takdir rupanya tak memihak mereka. Abdias meninggal diperjalanan.
Mary yang teramat sedih, mulai kehilangan akal. Ia berharap para rahib di kuil dapat menghidupkan kembali Abdias. Namun itu tak mungkin. Mary amat terguncang hingga pingsan berkali-kali. Dengan kemurahan hati Joseph de Arimatea, sang rahib di kuil tersebut, Mary akhirnya diijinkan tinggal di kuil. Mary rupanya tertarik pada ilmu pengobatan. Meski hatinya tetap sedih dan tak sehari pun ia lali mengunjungi makam Abdias, Mary tetap giat belajar ilmu pengobatan. Hingga suatu hari Mary berkesempatan menyembuhkan seorang wanita tua yang diambang kematian. Sejak itu, orang-orang ramai mengunjingi kuil, berharap orang yang dicintainya yang telah mati dapat hidup kembali melalui tangan Mary. Padahal tentu saja itu tak mungkin. Setelah sekian lama tinggal di kuil, Mary akhirnya kembali pulang pada ayahnya setelah mendengar berita kematian ibunya melalui Rekab dan Maryam (anak Halwa dan Yusuf).
Suatu hari Mary berjumpa dengan Barabbas. Pemuda itu melamarnya. Namun Mary menolak. Setelah Halwa meninggal, Joachim mencoba menjodohkan Mary dengan Yusuf, namun ini pun ditolak oleh Mary. Hingga hari-hari selanjutnya, tiba-tiba Mary menyampaikan kehamilannya yang membuat seluruh keluarga gempar. Hanya Maryam yang yakin bahwa anak di perut Mary itu pastilah Messiah.
Karena malu pada gunjingan orang-orang, Mary, Yusuf dan Ruth –wanita yang menjadi teman Mary saat di kuil, pindah ke Bethlehem. Saat ada pendataan oleh petugas setempat, Mary memberi nama anak dalam perutnya sebagai Yesus atau Yesua atau Iesus yang bermakna ‘sang penyelamat’.

Terikhtisarlah....
Sejauh ini, Saya memang belum banyak membaca sastra sejarah umat kristiani. Salah satu buku yang pernah Saya baca dengan nilai sejarah kristen yang ‘cukup banyak’ adalah Foucault’s Pendulum (FP) karya Umberto Eco. Namun buku ini bukanlah buku sejarah. Ia hanya menggunakan beberapa kisah perang salib hingga persaudaraan freemansonry sebagai bahasan untuk merunutkan teka-teki. Namun dari FP-lah Saya mengetahui, bahwa ada banyak golongan dari umat kristiani yang sebenarnya tak percaya bahwa Yesus/Mesiah/Nabi Isa mati di tiang salib. Mungkin saja Marek Halter adalah salah satu dari golongan ini.
Setidaknya, meski ada hal-hal yang membingungkan bagi Saya, contohnya seperti nama Isa-Yesus-Yesua yang belum Saya pahami bagaimana susunan perubahan ejaannya (tak semudah Imran-Amran-Joachim), buku ini cukup memberikan banyak pengetahuan tentang Mary atau Maryam dan keluarganya. Terutama tentang kegigihan, keberanian, ketabahan, kemurnian cinta, mukjizat penyembuhan dan kesabaran seorang perempuan suci yang kisahnya diuraikan dalam dua surah Al-Qur’an.
-selesai-