Jumat, 06 Maret 2015



Twilight
Percintaan Sang Vampir Nan Memesona




                                         Versi Cetak                            Versi ebook pdf punya Saya



Judul               : Twilight
Penulis             : Stephenie Meyer
Penerbit           : Mizania (Lini Mizan Publishing)
Tebal               : 864 halaman (versi pdf kurang lebih 416 halaman)
Harga              : Rp 105.00 (unduh gratis dari internet)


Termulakanlah....
Sepertinya sudah amat terlambat Saya membaca serial ini. Kisah cinta vampir ini sudah mulai sunyi di obrolan para kutubuku dan pecinta film romansa. Namun, ijinkanlah Saya menuturkannya di sini. Sebab, memang baru di Bulan Februari ini Saya mampu menyelesaikannya setelah berhasil mengunduhnya dari internet.
Sebenarnya hampir dua tahun sebelumnya (2013) Saya sudah membaca seri kedua (New Moon) dan seri terakhir (Breaking Dawn) setelah berhasil mendapat pinjaman dari kenalan Saya (Terimakasih ya.. Sophie dan Mba Titi... Boleh dong buku-bukunya dipinjamkan ke Saya lagi. Hehe...). Mungkin terasa aneh karena Saya tak membaca secara urut.
Nama Stephenie Meyer sendiri sudah Saya kenal sejak tahun 2009 pada buku Teen Ink, Love and Relationship (terbitan Gramedia Pustaka Utama, 2009). Buku tersebut merupakan kumpulan feature para remaja Amerika dengan Stepheni Meyer dan John Meyer sebagai editor.
Pada saat film Twilight membooming, jujur saja, Saya tak teramat antusias. Setelah menonton filmnya di salah satu stasiun televisi swasta, barulah Saya bertanya-tanya bagaimanakah kisah si gadis abege dan si vampir dalam bentuk novel (sastra).

Tertuturlah...
Bella (Isabella Swan) baru saja pindah dari Phoenix (di Arizona, USA) ke Forks (kota kecil yang dingin di ujung barat laut Washington, berbatasan dengan Kanada). Ayah dan ibunya telah lama berpisah. Sebelumnya Bella tinggal bersama ibunya (Renee). Meski Phoenix senantiasa cerah dan penuh sinar mentari, kenyataannya Bella dianugerahi kulit yang cerah. Di Forks, Bella akan tinggal bersama ayahnya (Charlie Swan) yang menjadi sheriff.
Pada awalnya, Bella mengira ia akan kesulitan menemukan teman di Forks, karena pada dasarnya ia tak pandai bergaul. Awal masuk SMU Forks, Bella berjumpa Eric (dalam versi filmnya, Eric berparas seperti remaja keturunan Asia Timur) yang menawarkan diri untuk menemani Bella mengenali gedung sekolah.
Meski berkenalan dengan beberapa murid, Bella tak mampu segera mengingat nama-nama mereka. Saat istirahat, Bella bersama teman-temannya ke kantin sekolah. Di sana, untuk pertama kalinya ia terpana melihat ‘keanggunan’, keindahan dan kesempurnaan tubuh serta paras anggota keluarga Cullen. Teman-teman baru Bella segera membeberkan informasi tentang keluarga ini. Saat jam biologi di laboratorium, Bella duduk bersebelahan dengan Edward. Heran dengan sikap dingin dan aneh Edward, Bella mencoba mencari info tentang hal ini. Mike yang ditanya mengatakan bahwa Edward memang aneh.
Hari selanjutnya, Bella semakin bingung, karena Edward tak ada pada jam biologi. Keesokan harinya Bella kembali berjumpa Edward dan merasa ada yang berbeda pada warna bola mata Edward. Saat Edward menatapnya, Bella berpikir Edward tak menyukainya. Namun setelah Edward memperkenalkan diri saat di kelas biologi, mereka pun menjadi dekat. Sejak itu Bella menemui keanehan demi keanehan pada Edward, salah satunya adalah refleks Edward yang berlebihan.
Di akhir minggu, Bella dan kawan-kawan berlibur ke pantai La Push. Di sana, ia berjumpa dengan Jacob Black (Jake) yang bercerita tentang legenda Suku Quilette, suku keluarga Jake. Termasuk tentang musuh bebuyutan suku ini, yaitu sang peminum darah yang berdarah dingin. Penasaran, Bella mencari tahu tentang ucapan Jake pada internet dan beberapa bahan bacaan. Bella menemukan kata ‘vampir’ dan ‘werewolf’ (serigala jadi-jadian). Dari sini, Bella semakin penasaran, apakah Edward adalah vampir.
Akhir minggu selanjutnya, Bella dan teman-temannya pergi ke kota terdekat untuk membeli gaun-gaun guna keperluan acara promnite. Malam hari mereka berjanji akan makan di sebuah restoran. Tapi, bukannya ke restoran, Bella malah berjalan-jalan ke sekitarnya, hingga bertemu dengan segerombolan pemuda berandalan. Para pemuda ini mengganggu bahkan mendesak Bella ke jalan buntu. Saat sedang frustasi di dera rasa takut, tiba-tiba Edward muncul dari sebuah mobil dan menyelamatkan Bella.
Bella merasa sangat aneh bagaimana Edward bisa mengetahui keberadaannya. Melupakan makan malam dengan teman-temannya yang sudah terlambat, akhirnya Edward mengajak Bella makan malam berdua di restoran. Saat itulah Edward membeberkan rahasia bahwa ia dapat membaca fikiran orang-orang di sekitarnya, terkecuali Bella. Edward mencoba membaca fikiran Bella tapi tak bisa. Hal itu membuat Edward frustasi.
Bella semakin tertarik. Ia bertanya, apabila Edward memang vampir, bagaimanakah cara tidurnya, bagaimana cara menghindari cahaya matahari, namun Bella tak bertanya soal makanan Edward meski sudah dipancing-pancing oleh Edward. Tentu saja, ini karena Bella sudah tahu –dari Jake- bahwa keluarga Edward hanya memangsa hewan.
Hari-hari selanjutnya, Bella melihat sendiri ‘pesona’ berkilaunya tubuh Edward kala tersorot cahaya matahari yang lembut, kecepatan gerak Edward saat melompat dari satu dahan ke dahan lain di hutan Forks, dan Edward menyatakan perasaannya pada Bella.
Edward juga mengajak Bella ke rumah keluarga Cullen dan memperkenalkannya dengan anggota keluarga Cullen. Bella tertegun pada keharmonisan dan keutuhan keluarga Cullen, meskipun mereka –pada kenyataannya- adalah vampir. Keluarga Cullen mengajak Bella untuk bermain baseball di hari Minggu selanjutnya, dan Bella menyanggupinya.
Rupanya keluarga Cullen gemar bermain baseball kala hari sedang hujan lebat dan berguntur. Pukulan mereka saat melakukan ‘strike’ terdengar menggelegar, itulah sebabnya sebelum mengayunkan tongkat pemukul, mereka harus menunggu kilat menyambar di langit. Saat sedang asyik menikmati permainan, Alice Cullen, yang memiliki kemampuan melihat kejadian di masa depan, mengatakan bahwa ada kawanan vampir lain yang mendatangi mereka. Tak beberapa lama, hal itu mewujud. Satu vampir wanita bernama Victoria dan dua vampir lelaki bernama James dan Laurent mendarat di lapangan mereka. Dengan terang-terangan mereka mengaku ingin ‘mencicipi’ Bella. Namun Dr Cullen segera mengamankan Bella dengan menyuruh Edward dan Alice untuk membawa Bella pergi sejauhnya.
Mobil besar yang membawa Bella melaju sejauh-jauhnya. Bella mampir sebentar ke rumah hanya untuk mengambil beberapa pakaian seraya berpura-pura akan meninggalkan Forks dan pergi ke Phoenix ke rumah ibunya. James, sang vampir mengawasi sandiwara ini dari kejauhan. Selanjutnya Bella dibawa ke rumah keluarga Cullen. Masing-masing anggota keluarga diberi sepotong pakaian milik Bella, guna mengaburkan aroma Bella. Awalnya Rosalie tak suka ide ini. Namun setelah diyakinkan bahwa bukankah Bella kini telah menjadi anggota keluarga mereka, Rosalie pun terdiam.
Bella, Jasper dan Alice di tempatkan di sebuah penginapan yang jauh dari Forks. Sementara yang lain berusaha memancing Victoria, James dan Laurent menjauhi tempat keluarga Bella. Namun James yang begitu licik berhasil menemukan rekaman suara ibu Bella, memperdengarkannya di telepon yang diterima Alice. Ini membuat Bella resah akan keselamatan ibunya. Diam-diam saat Jasper dan Alice lengah, Bella pergi ke Phoenix. Namun betapa terkejutnya Bella saat telah berada di rumah ibunya, ternyata tak ada drama penyanderaan oleh James terhadap ibunya, seperti yang dia duga. Suara di telepon itu adalah rekaman yang didapat James dari koleksi video keluarga Bella.
Kini Bella terdesak, ia tak tahu harus lari ke mana dan bagaimana. Untuk menghambat lari Bella, James melemparkan sesuatu ke kepala Bella. Pusing dan terhuyung karena kepalanya yang berdarah, Bella pun terkapar di lantai. Maka dengan leluasa James dapat menggigit lengan Bella, mengisap darahnya. Untunglah sebelum racun vampir benar-benar bersatu dengan tubuh Bella, Edward, Alice dan Dr. Cullen segera tiba. Setelah melumpuhkan James, Dr. Cullen meminta Edward menyedot racun dari tubuh Bella.
Saat akhirnya terbangun, Bella menemukan Edward di sampingnya (Di film, yang Bella lihat saat siuman adalah ibunya, sementara Edward pura-pura tidur di sofa). Edward menyampaikan kisah sandiwara yang telah ia sampaikan pada ibu Bella. Yaitu Bella terjatuh dari tangga saat hendak ke kamar Edward (Di film, ibu Bella-lah yang mengatakan kembali penjelasan Edward tentang terjatuhnya Bella).
Usai kepergian ibunya, Bella menyampaikan kekecewaannya pada Edward yang tak membiarkannya berubah menjadi vampir. Padahal Edward telah tahu dari Alice, bahwa suatu saat toh Bella akan berubah menjadi vampir juga.
Akhir kisah, Bella memilih Edward sebagai pasangannya pada promnite. Bella yang tadinya tak tertarik ikut segala acara pesta, karena tak bisa berdansa, tiba-tiba merasa akan baik-baik saja, asalkan Edward yang menjadi pasangannya. Bella kembali berharap Edward segera mengubah dirinya menjadi vampir. Tapi, ternyata Edward hanya mencium lehernya.

Terikhtisarlah...
Sepengetahuan Saya, pada awalnya novel tak mudah diterima di kalangan pecinta buku Indonesia. Novel ini membooming setelah filmnya ramai ditayangkan di bioskop dan internet sebelum mulai muncul salinan resmi dan tidaknya (bajakan) di mana-mana.
Saya sendiri tak bisa memberi penilaian bahwa ini adalah novel romantis (meski pun filmnya kerap diputar di televisi menjelang ajang valentine). Namun, saya pun tak bisa mengkategorikan ini ke dalam novel horor (rasanya memang lebih horor novel karya Tara Zagita dan Abdullah Harahap daripada novel ini).
Sepengetahuan Saya pula, novel ini dibuat oleh Stephenie Meyer untuk para remaja Amerika dengan tujuan untuk memberi hiburan dan wawasan, bahwasanya ketika keluarga kita tak utuh atau berantakan (broken home), kita tetap dapat berbahagia dengan kehidupan kita. Tujuan baik lainnya yang saya tangkap adalah bahwa Stephenie Meyer ingin berujar bahwa seks di masa remaja bukanlah segala-galanya. (Terbukti dengan keteguhan dan sikap konservatif Edward) (eits... meski pun saya tak tahu bagaimana versi fim aslinya yang tanpa sensor dan edit).
Tentang mengapa Stephenie Meyer memilih vampir dan werewolf sebagai tokoh ‘seram’-nya di novel ini, dari pengetahuan yang Saya peroleh ini karena dua jenis ‘makhluq’ ini telah menjadi legenda atau dongeng yang dipercaya oleh warga Amerika, terutama Amerika Utara dan Serikat bagian utara. (Hmm... ini serupa legenda hantu kuyang (hantu kepala tanpa tubuh) dan hantu beranak di balik pintu yang ada di daerah Saya, Kalimantan). Kecerdasan Stephenie Meyer memadukan kisah cinta/romantis dengan legenda Amerika inilah yang menurut Saya menjadi daya tarik novel seri pertama Twilight.
-selesai-