Senin, 09 Maret 2015

Sunshine Becomes You
Tari, Musik, Persembahan Bagi Cinta





Judul                           : Sunshine Becomes You
Penulis                        : Ilana Tan
Penerbit                      : Gramedia
ISBN                         : tak diketahui (cari sendiri lewat google ya..)
Terbit asli tahun          : tak diketahui
Harga di Pasaran        : tak diketahui

Termulakanlah...
Buku ini menjadi salah satu pilihan bagi para pencinta teenlit atau chicklit. Meski demikian, karya Ilana Tan, tetap terasa spesial bagi Saya, seperti karya-karya penulis sebelumnya (yaitu serial empat musim). Dengan tebal 426 halaman, buku ini berhasil Saya selesaikan dalam waktu enam hari. Cukup lama, karena -seperti biasa- Saya selalu membaca dua, tiga (bahkan kadang hingga lima) buku dalam waktu bersamaan.
Buku ini Saya dapatkan dengan mengunduh melalui aplikasi Scribd pada tablet Saya. Artinya, Saya tak memiliki edisi cetaknya. Tentu saja, buku ini Saya dapatkan tanpa harus membayar tunai (Irit euyy.. Hehe..)

Tersebablah....
Setelah pada serial empat musim, Ilana Tan mengajak pembacanya 'mengunjungi' Asia Timur (Tokyo dan Seuol) dan Eropa Barat (London dan Paris), kali ini Ilana Tan mengisahkan penduduk asia yang bermukim di negeri Paman Sam, Amerika. Tepatnya di Kota New York. Sayangnya, tak seperti serial empat musim, pada Sunshine Becomes You (selanjutnya disingkat 'SBY'), Ilana Tan tak banyak dan tak detail dalam mendeskipsikan latar, situasi, keadaan bahkan pemandangan Amerika dalam ceritanya.
Ilana Tan memang penulis yang cukup misterius. di setiap akhir halaman karyanya tak pernah ada biodata tentang dirinya. Apalagi selembar foto yang mewakili sosoknya. Ia tak memiliki akun sosial media apa pun. (Berhati-hatilah bila ada yang mengaku bernama akun 'Ilana Tan'. Siapa pun ia, pastilah bukan Ilana Tan yang asli) Padahal karya teenlit/chicklitnya telah tersebar dan banyak disukai pembaca. Sebab itulah, banyak yang menduga bahwa 'Ilana Tan' bukanlah nama asli penulis ini. Ada pula yang menduga bahwa Ilana Tan berpindah-pindah tempat tinggal sesuai dengan latar kisahnya yang selalu berbeda.
Sepengetahuan Saya, ada satu buku karya Ilana Tan setelah SBY ini. Semoga Saya segera dapat membacanya. Saya sendiri berharap semoga setelah ini akan ada karya Ilana Tan yang berlatar Afrika, Australia atau New Zealand. Semoga... (Mba -atau Mas- Ilana Tan, Saya akan setia menanti).
Seperti kalimat Saya di atas, SBY memang dikategorikan sebagai teenlit. Meskipun pada kenyataannya, semua tokoh di dalam novel ini bukanlah anak belasan tahun. Mungkin lebih tepat disebut chicklit, meskipun pada kenyataannya pula, kisah dalam novel ini bukanlah kisah yang melulu bahagia semata.
Namun, bagi para pencinta sastra serius, buku ini tentu tak akan dilirik (maaf ya Mba atau Mas Ilana..). Karena tak pernah ada intrik sosial, kemanusiaan, hukum apalagi politik pada novel ini. Novel ini ditujukan bagi para penggemar kisah-kisah cantik dan romantis (mungkin seperti era komik Mari-Chan atau Swan saat Saya masih kanak-kanak dahulu). Bahkan menurut Saya, serial Twilight yang penuh dengan bara cinta Isabella Swan dan Edward Cullen, atau novel young adult romance karya Windry Ramadhina atau Ruwi Meita (atau lainnya yang karyanya belum pernah Saya baca) masih kalah cantik dan romantisnya dengan novel ini.

Tertuturlah....
Suatu hari, Ken Hirano, seorang pianis terkenal berketurunan Jepang, mengunjungi studio tari tempat Ray Hirano -adik Ken- mengajar tari di New York. Kebetulan Mia Clark juga menjadi guru atau instruktur tari sebuah studio tersebut.. Mia telah lama mencintai tari, musik dan aktivitas menari sepenuh hatinya.
Saat Ken hendak menuju lantai atas melalui tangga, tanpa terduga Mia terjatuh dan menimpa Ken. Karena kejadian tersebut, tangan Ken terkilir dan tak dapat digerakkan untuk sementara waktu. Ken pun terpaksa menunda resital piano yang seharusnya diselenggarakkan dalam waktu dekat. Mengetahui hal itu, Mia merasa bersalah. Terlebih setelah mendengar bahwa tiket dan undangan telah tersebar. Keesokan harinya, Mia mengunjugi apartemen Ken Hirano dan menawarkan diri untuk menjadi 'tangan kiri' Ken selama Ken dalam masa penyembuhan.
Awalnya Ken tak suka dengan ide Mia tersebut karena ia terlanjur telah mengangggap Mia sebagai malaikat kegelapan dalam hidupnya. Namun akhirnya, terdorong oleh rasa kesal dan keinginan untuk membalas dendam, Ken pun menerima Mia sebagai pesuruhnya.
Sejak hari itu, pagi-pagi sekali Mia telah berada di apartemen Ken untuk membuatkan kopi, membereskan ruangan hingga memasakkan makanan. Entah mengapa sejak merasakan kopi racikan Mia, Ken merasa 'jatuh cinta' pada minuman tersebut.
Tak hanya Ken yang senang pada kopi buatan Mia, Karl, manajer Ken, dan Ray, adik Ken yang sebenarnya telah lama menyukai Mia, setelah pertama kali mencicipi, langsung turut 'jatuh cinta' pada kopi buatan Mia. Hal itu membuat Ken heran. Ken merasa penasaran, mengapakah setiap orang yang kenal dengan Mia, terutama lelaki, selalu saja segera berfikir Mia menyukai mereka. Hanya setelah Mia berjumpa dengan ibu Ken dan Ray –Mrs. Hirano- Ken mendapat pandangan lain. Mrs Hirano berkata pada Ken, bahwa sebenarnya Mia memperlakukan Ken lebih khusus dan berbeda dengan yang lainnya. Namun Ken tak sadar itu.
Ken akhirnya mengetahui bahwa sebenarnya Mia adalah lulusan sekolah tari terkenal dari tulisan pada jaket Mia. Ken pun akhirnya melihat sendiri indah dan lincahnya gerakan Mia saat menari. Dan entah mengapa tiba-tiba Ken mendapat inspirasi membuat lagu baru. Ia terlupa pada tangannya yang sakit begitu saja.
Di lain pihak, kakak Ken –Ray Hirano- telah lama menyukai Mia. Tanpa sadar, Ken merasa cemburu saat Ray bilang bahwa Ia telah mengundang Mia untuk makan malam berdua sembari menyatakan cintanya. Ken bahkan tetap memaksa Mia untuk tetap datang ke apartemennya usai makan malam dengan Ray. Padahal sesungguhnya Mia dan Ray tak jadi makan malam berdua karena Mia merasa tak enak badan. Hingga setelah Karl -yang tak sengaja- menemukan obat Mia di laci apartemen, Ken mulai bertanya-tanya apa sebenarnya penyakit yang diderita Mia.
Di sebuah acara pertunjukkan tari dari kelompok tari terkenal, tak sengaja Ken melihat Mia hampir pingsan di bangku taman. Ken pun semakin yakin bahwa Mia sedang tidak sehat. Akhirnya Mia pun menceritakan sakit jantung yang dideritanya sejak lama. Sejak saat itu, Ken tak dapat mengacuhkan Mia meski Mia selalu berusaha menghindarinya.
Bahkan meski pada akhirnya nyawa Mia tak tertolong lagi, Ken tetap mengenang Mia dalam lagu dan resital piano yang dipersembahkannya untuk Mia.

Terikhtisarlah...
Melalui SBY, Ilana Tan, lagi-lagi mampu menyuguhkan kisah romantis nan menyentuh hati tanpa harus mengumbar adegan-adegan ‘vulgar’. Persis seperti karya-karya Ilana Tan pada serial empat musim.
Kekurangan novel SBY menurut saya adalah karena plot cerita yang lebih kompleks namun diakhir-akhir kisah seakan-akan dipendekkan sehingga terasa ‘sesak’. Kekurangan lainnya adalah karena sepertinya Ilana Tan memaksakan diri untuk ‘memasuki’ pikiran dan perasaan para tokoh ‘pembantu’ seperti Mrs. Hirano, Karl hingga Paolo dan Eleanor. Padahal seharusnya, pikiran para tokoh ini cukup digambarkan lewat dialog saja. Sehingga tak perlu terkesan terlalu sering berlompat-lompat sudut pandang.
Meski demikian, menurut Saya, SBY menyisakan kesan yang jauh lebih mendalam dari pada serial empat musim. Tanpa harus mengumbar kisah happy ending, SBY memberi pesan besar bagi pembaca.
Pertama ; setipis apa pun harapan kita dalam hidup ini, yang mungkin dikarenakan olah keterbatasan-kemiskinan-penyakit yang diderita-, teruslah berjuang meraih mimpi dan cita-cita. Ini tergambar dari sosok Mia yang tak henti menari meski sepanjang hidupnya harus menderita karena penyakit yang dideritanya. Kedua ; karya dan kreativitas terkadang dapat hadir dari hal-hal yang tak terduga, bahkan dari hal yang pada awalnya kita pikir amat menyebalkan, menyakitkan, menyedihkan. Ini tergambar lewat sosok Ken yang pada awalnya sempat membenci Mia dan cedera tangan yang dialaminya. Namun akhirnya, justru dari Mia-lah Ken menemukan inspirasi hingga terciptalah lagu baru nan indah. Bahkan lagu ini mampu menyentuh hati banyak orang, termasuk dari orangtua angkat Mia sendiri. Dan resital piano yang Ken selenggarakan jauh lebih semarak dari perkiraan Ken sebelum berjumpa Mia.

-selesai-