Lord of The Rings 1 Sembilan Pembawa Cincin
Ini adalah seri pertama dari seri Lord of The Rings dan merupakan buku kedua dari seri petualangan Bilbo Baggins- si hobbit. Petualangan di buku ini belumlah usai. Artinya, saya dan pembaca sekalian harus melanjutkan membaca seri Lord of The Rings kedua dan ketiga pabila ingin mengetahui kisah perjalanan petualangan Frodo Baggins ke Gunung Mordor.
Awal Petualangan Frodo
Ketika Bilbo Baggin mewariskan
cincin ‘sakti’-nya yang pernah ia peroleh dari hasil mengelabui Smeagol alias
Gollum di masa lalu (Baca Seri Lord of The Ring perdana : The Hobbit, JRR
Tolkien), di hari ultah Bilbo ‘tua’ Baggins, Frodo tak pernah berpikir bahwa
mewarisi berarti mengemban amanah yang besar. Frodo baru menyadari betapa
besar, sulit dan berbahayanya amanah tersebut ketika ia harus meninggalkan Bag
End-Shire, kampung tempat rumah kecilnya yang hangat di bawah bukit menuju
Rivendell, hingga ke tujuan akhirnya, yaitu Bukit Mordor. Ia harus naik-turun
gunung dan bukit, menghindari raksasa Troll, menghindari penunggang hitam yang
misterius –meski akhirnya diketahui bahwa sang penunggang hitam adalah sahabat
Gandalf yang baik hati dan cerdik, hingga merasakan kedinginan dan menahan kelaparan
sepanjang perjalanan, hanya demi menghancurkan sebuah cincin yang menjadi
pangkal bencana berbagai negeri.
Bersama delapan orang rombongan
yang terdiri dari makhluk dengan jenis berbeda, yaitu manusia, kurcaci, peri
dan hobbit, Frodo harus terus melalui perjalanan panjang yang penuh bahaya,
tantangan sekaligus melelahkan. Ditambah lagi adanya musuh dalam selimut dalam
rombongan yang menyertai dirinya.
Penulis : J.R.R. Tolkien
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit : 2002
ISBN : 978-979-22-8832-2
Harga : sekitar Rp 300.000 (dibeli satu paket
berisi empat buah buku pada tahun
2012) (jadi satu buah sekitar Rp 70.000)
berisi empat buah buku pada tahun
2012) (jadi satu buah sekitar Rp 70.000)
Ini adalah seri pertama dari seri Lord of The Rings dan merupakan buku kedua dari seri petualangan Bilbo Baggins- si hobbit. Petualangan di buku ini belumlah usai. Artinya, saya dan pembaca sekalian harus melanjutkan membaca seri Lord of The Rings kedua dan ketiga pabila ingin mengetahui kisah perjalanan petualangan Frodo Baggins ke Gunung Mordor.
Seperti di seri awal, kekuatan
kisah Lord Of The Rings adalah penggambaran alam bebas yang sangat indah.
Imajinasi pembaca dipenuhi oleh daratan yang megah seperti perbukitan yang
indah, pegunungan yang penuh cadas dan terjal, lembah-lembah yang licin, hutan
lebat yang teduh, hingga danau dan sungai yang beriak jernih atau berarus
deras.
Penggambaran alam yang megah ini,
sejak membaca seri pertama ‘The Hobbit’, sering membuat saya berkeyakinan bahwa
penulisnya, JR.R. Tolkien mungkin saja seorang petualang dan pecinta alam. Bahkan
mungkin saja ia adalah petualang sekelas Karl May.
Menurut Saya, penggambaran atau
penjabaran (deskripsi) tokoh, tempat, situasi yang digunakan oleh Tolkien lebih baik daripada JK Rowling atau
Stephenie Meyer. Dua orang penulis yang terakhir Saya sebutkan adalah dua
penulis novel luar negeri yang juga Saya senangi teknik penggambaran
(deskripsi)nya. Namun Tolkien memberi nuansa baru dengan menyegarkan kembali
ingatan Saya pada kegemaran lama Saya, menjelajahi hutan dan mendaki gunung.
Kekurangannya hanyalah pada masalah
percetakan dari pihak penerbit saja. Sama seperti buku sebelumnya, The Hobbit,
jarak spasi yang terlalu rapat, huruf yang terbilang kecil dan kualitas kertas
yang terlalu mudah berubah warna dan lusuh, menjadi kendala bagi penglihatan. Tentu
saja ini adalah pendapat saya pribadi. Pada akun Goodreads, Saya memberi peringkat lima
bintang untuk buku ini.