Sabtu, 09 April 2016

Lord of The Rings 1 Sembilan Pembawa Cincin

Awal Petualangan Frodo



Ketika Bilbo Baggin mewariskan cincin ‘sakti’-nya yang pernah ia peroleh dari hasil mengelabui Smeagol alias Gollum di masa lalu (Baca Seri Lord of The Ring perdana : The Hobbit, JRR Tolkien), di hari ultah Bilbo ‘tua’ Baggins, Frodo tak pernah berpikir bahwa mewarisi berarti mengemban amanah yang besar. Frodo baru menyadari betapa besar, sulit dan berbahayanya amanah tersebut ketika ia harus meninggalkan Bag End-Shire, kampung tempat rumah kecilnya yang hangat di bawah bukit menuju Rivendell, hingga ke tujuan akhirnya, yaitu Bukit Mordor. Ia harus naik-turun gunung dan bukit, menghindari raksasa Troll, menghindari penunggang hitam yang misterius –meski akhirnya diketahui bahwa sang penunggang hitam adalah sahabat Gandalf yang baik hati dan cerdik, hingga merasakan kedinginan dan menahan kelaparan sepanjang perjalanan, hanya demi menghancurkan sebuah cincin yang menjadi pangkal bencana berbagai negeri.
Bersama delapan orang rombongan yang terdiri dari makhluk dengan jenis berbeda, yaitu manusia, kurcaci, peri dan hobbit, Frodo harus terus melalui perjalanan panjang yang penuh bahaya, tantangan sekaligus melelahkan. Ditambah lagi adanya musuh dalam selimut dalam rombongan yang menyertai dirinya.



                             Judul                : Lord Of The Rings –Sembilan Pembawa 
                                                    Cincin
                   Penulis             : J.R.R. Tolkien
                   Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
                   Tahun Terbit : 2002
                   ISBN               : 978-979-22-8832-2
                   Harga              : sekitar Rp 300.000 (dibeli satu paket 
                                                  berisi empat buah buku pada tahun 
                                                 2012) (jadi satu buah sekitar Rp 70.000)

Ini adalah seri pertama dari seri Lord of The Rings dan merupakan buku kedua dari seri petualangan Bilbo Baggins- si hobbit. Petualangan di buku ini belumlah usai. Artinya, saya dan pembaca sekalian harus melanjutkan membaca seri Lord of The Rings kedua dan ketiga pabila ingin mengetahui kisah perjalanan petualangan Frodo Baggins ke Gunung Mordor.
Seperti di seri awal, kekuatan kisah Lord Of The Rings adalah penggambaran alam bebas yang sangat indah. Imajinasi pembaca dipenuhi oleh daratan yang megah seperti perbukitan yang indah, pegunungan yang penuh cadas dan terjal, lembah-lembah yang licin, hutan lebat yang teduh, hingga danau dan sungai yang beriak jernih atau berarus deras.
Penggambaran alam yang megah ini, sejak membaca seri pertama ‘The Hobbit’, sering membuat saya berkeyakinan bahwa penulisnya, JR.R. Tolkien mungkin saja seorang petualang dan pecinta alam. Bahkan mungkin saja ia adalah petualang sekelas Karl May.
Menurut Saya, penggambaran atau penjabaran (deskripsi) tokoh, tempat, situasi yang digunakan oleh  Tolkien lebih baik daripada JK Rowling atau Stephenie Meyer. Dua orang penulis yang terakhir Saya sebutkan adalah dua penulis novel luar negeri yang juga Saya senangi teknik penggambaran (deskripsi)nya. Namun Tolkien memberi nuansa baru dengan menyegarkan kembali ingatan Saya pada kegemaran lama Saya, menjelajahi hutan dan mendaki gunung.
Kekurangannya hanyalah pada masalah percetakan dari pihak penerbit saja. Sama seperti buku sebelumnya, The Hobbit, jarak spasi yang terlalu rapat, huruf yang terbilang kecil dan kualitas kertas yang terlalu mudah berubah warna dan lusuh, menjadi kendala bagi penglihatan. Tentu saja ini adalah pendapat saya pribadi. Pada akun Goodreads, Saya memberi peringkat lima bintang untuk buku ini.