Kamis, 30 Maret 2023

Baca Puisiku

 


Aksi dan gaya Rizqie Alfajar Atmanegara, saat membacakan puisi saya di gelaran event Sastra Menara Pandang Banjarmasin tahun 2016.

Minggu, 09 April 2017



Review Kumpulan Cerita Pendek Kisah Abrukuwah

Kisah Wartawan yang Tertawan

Abrukuwah, seorang wartawan, sedang diintrogasi petugas di sebuah ruangan. Anehnya, tak sedikit pun ia mendapatkan perlakuan kasar, para petugas hanya bertanya-tanya tentang kebenaran bahwa ia telah bergabung dengan suatu kelompok ekstrim kaum muda. Abrukuwah merasa heran. Ia menduga, perlakuan ‘manis’ para introgator itu karena ia dalah seorang wartawan milik (aliansi) pemerintah. Entah kalau seandaainya ia adalah wartawan yang bukan milik pemerintah.
 Abrukuwah akhirya mengundurkan diri dari tempatnya bekerja, setelah ia tahu bahwa media cetak tempat ia bekerjalah yang menebarkan isu tentang kelompok ekstrim itu.




Judul     : Kisah Abrukuwah
Jenis   : Kumpulan Certa Pendek
Penulis   : Sori Siregar
Penerbit  : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit   : 2003
Harga : Rp. 10.000 (buku murah gramedia veteran banjarmasin)
ISBN   : 979-22-0564-0

Beragam cerita pendek yang menyentil masalah sosial, skonomi, politik, budaya hingga keamanan negeri sebenarnya sudah lama banyak diangkat di berbagai media cetak dan elektronik. Begitu pula cerita pendek karya Sori Siregar dalam buku kumpulan cerpen ini.
Sori Sutan Siregar lebih dikenal sebagai cerpenis, novelis dan kolumnis meskipun sebenarnya beliau juga pernah bekerja sebagai redaktur pelaksana di berbagai majalah dan sebagai penggiat media elektronik di RRI dan Televishen Malaysia Seksi Indonesia hingga ke USA. Bernama lengkap Sori Sutan Sirovi Siregar (selanjutnya disingkat S4), menulis sejak 1960 dan hanya menulis cerita pendek selama hampir 20 tahun. Pada tahun 1980an baru menulis novel. S4 dan Gerson Poyk adalah pengarang Indonesia pertama yang mengikuti International Writing Program di Universitas IOWA, USA. Karya-karya S4 yang lain diantaranya adalah Kumpulan Cerpen Dosa Atas Manusia (1967) dan Senja (1979). Sayangnya Kisah Abrukuwah adalah satu-satunya karya S4 yang saat ini saya miliki.
Dalam kumpulan cerita pendek Kisah Abrukuwah, S4 banyak menyentil masalah sosial, ekomomi dan politik dengan gaya realis. Cerita mengalir apa adanya tanpa tanda kiasan atas majas-majas tertentu. Seperti pada cerita pendek Medioker, dengan gamblang S4 membeberkan bahwa sesungguhnya ada pihak-pihak yang segan, takut dan selaalu curiga pada keberadaan media cetak, elektronik bahkan pada wartawan. Tampak benar bagi pihak-pihak ini bahwa Matapena bisa lebih tajam daripada Matapedang. Namun anehnya pihak-pihak ini masih saja gemar mengubar sensasi demi popularitas dan nama besar. Satu cerpen yang cukup menyentil saya adalah yang berjudul Makati. Dikisahkan bahwa betapa perpustakaan tak lagi dihargai, haya dianggap sebagai tempat mencari uang bukan untuk mencari ilmu. Perpustakaan tak perlu dipertahankan keberadaannya.
Kelebihan kisah-kisah pada Kisah Abrukuwah adalah masih relevannya pesan dan amanat dalam kisah-kisah tersebut meski ceritanya sendiri ditulis sudah bertahun-tahun yang lalu. Sayangnya kebanyakan akhir kisah pada cerita pendek dalam kumpulan cerpen Kisah Abrukuwah ini terlalu sederhana. Meski terkesan ada twist atau kejutan yang ingin dihadirkaan oleh penulis, namun terasa kurang greget. Kelebihan yang lain adalah beberapa kisah mengangkat nasib, dilema, tantangan dan kemalangan yang dialami warga ‘pinggiran’ seperti wartawan di tengah negara yang masih kuat arogansinya.
Saya memberi tiga bintang untuk kumpulan cerita pendek ini.














Review Novel "Kisah Langit"

Antara arsitektur, perbintangan, musik harpa dan Belanda


Rahani dan Bayu adalah dua sahabat kecll yang pernah memiliki impian dapat mengunjungi kota kecil di Negeri Kincir Angin, Leiden. Namun, semua berubah ketika Rahani kehilangan pendengaran setelah menderita sakit meningitis dan Bayu kian terlena dengan hura-hura masa remaja.
Kemalangan bertambah ketika ayah dan saudara kembarnya tewas di hotel setelah usai melakukan pertunjukan resital harpa. Ibunya bahkan mengalami depresi mendalam hingga tak mudah untuk hidup normal. Hanya Bayu satu-satunya sahabat yang ia harapkan dapat mengusir sedih.
Namun, Bayu malah membuat hatinya kian sedih dengan sikap urakan dan cueknya. Saat itulah seorang bernama Antariksa hadir dan membuat jagad langit kehidupan Rahani yang kelam dipenuhi oleh bintang-bintang kebahgiaan. Ia menemukan semangat hidup untuk kembali mengejar impiannya melanjutkan studi arsitekturnya di Negeri Kincir Angin.




Judul : Kisah Langit
Penulis : Arum Effendi
Jenis buku : Novel Romance Islami
Penerbit : Penerbit Qanita PT Mizan Pustaka
Tahun Terbit : 2013
Harga : Rp 10.000 (buku obral/bazaar Gramedia Veteraan Banjarmasin)
ISBN : 978-602-9225-91-4


Dunia arsitektur, perbintangan/antariksa, musik harpa dan negeri Belanda, adalah empat hal mendasar yang mampu dirangkum Arum Effendi (AE) sebagai penulis dalam novel ini. Belum termasuk soal sakit meningitis dan ketulian yang diderita oleh tokoh, adalah dua hal lainnya. Saya sungguh salut kepada penulis, karena lewat kepiawaiannya mampu menyatukan banyak aspek, informasi dan pengetahuan tentang beragam hal dalam satu novel sederhana.
Dari blog pribadinya, saya mendapatkan informasi bahwa AE telah banyak memenangkan perlombaan kepenulisan cerita pendek atau menjadi finalis di berbagai jenis lomba kepenulisan lainnya. Ia memiliki seorang saudara kembar identik namun tak lahir di hari yang sama (sering disebut dengan monozigotik). Inilah hal juga dibawanya ke dalam novel ini, dimana tokoh Rahani pun memiliki kembar bernama Rihan.
AE mengaku telah menyukai dunia creative writing dan jurnalistik sejak tahun 2008 dan Novel Kisah Langit adalah karya lawasnya yang ia rapikan kembali. Dari sampul muka, dapat diketahui bahwa Novel Kisah Langit ini adalah salah satu dari naskah unggulan Lomba Penulisan Novel Romance (Novel Romansa) oleh Penerbit Qanita.
Lomba Novel Romance Qanita sendiri (dari info yang Saya dapatkan ) telah diselenggarakan sejak tahun 2012. Qanita adalah imprint buku islami oleh penerbit Elex Media Komputindo. Inilah mungkin menjadi penyebab mengapa perlombaan novel romance oleh Qanita banyak diikuti oleh penulis yang mengusung genre novel islami.
Kelebihan Novel Kisah Langit adalah pada kemampuan AE sebagai penulis dalam menggunakan dua tokoh utama sekaligus (Rahani dan Riksa) di keseluruhan kisah. Kedua tokoh memiliki karakter masing-masing yang kuat tanpa mengganggu satu sama lain.
Meski tentu saja selalu ada kekurangan dalam setiap karya masterpiece sekali pun. Dalam novel ini terdapat beberapa kesalahan dalam pengetikan (typo). Seperti pada halaman 140 yang merupakan bagian kisah dari sudut pandang tokoh Riksa yang menggunakan kata ‘Aku’ sebagai orang pertama tunggal, namun tertulis menggunakan orang ketiga tunggal, yaitu : Riksa. Begitu pula pada halaman 161, orang kesatu ‘Aku’ malah menggunakan orang ketiga : ‘gadis itu’.
Kekurangan lainnya adalah konflik yang lebih banyak bertumpuk di awal kisah, namun di tengah-tengah malah hanya menyisakan satu konflik, yaitu perasaan ‘cemburu’ Rahani pada Riksa karena Lieve. Selebihnya hanya narasi (dan eksposisi) tentang negeri Belanda. Konflik muncul kembali saat Rahani harus mengalami kecelakaan. Itu pun tidak menyisakan greget karena hanya diceritakann dari sudut pandang Riksa. Penulis tak sedikit pun membawa cerita ke sudut pandang Rahani. Menurut saya ini membuat pembaca bisa bertanya-tanya, bingung dan hilang greget karena tokoh Rahani digambarkan benar-benar seperti perempuan super tabah.
Secara keseluruhan, novel ini Saya beri nilai tiga bintang.

Jumat, 05 Agustus 2016

Review Kumpulan Cerita Pendek “Pelajaran Pertama Bagi Calon Politisi”

Guru Politik yang Bukan Politikus


Sutarjo mencalonkan diri sebaga kepala desa atau lurah di kampungnya. Sayangnya, sejarah kelam bapak kandung Sutarjo yang pernah disinyalir terlibat G30S-PKI menghambat rencanya tersebut. ‘Penasihat spiritual’nya yang merupakan anggota legislatif menyarankan agar Sutarjo melakukan beberapa hal dengan maksud ‘pencitraan diri’ di mata masyarakat.
Pesaingnya pun tak  mau kalah. Sebagai orang dari kalangan ‘senapan’ (baca : militer) pesaingnya menggunakan taktik ‘politik kotor’ dengan mengandalkan uang, panggung hiburan joget, tawuran antar warga, hingga upaya memberantas preman. Alhasil Sutarjo kalah suara pada saaat pemilu. Oleh ‘penasihat spiritual’-nya ia diingatkan bahwa ia sudah melakukan hal yang benar dan jujur. Ini pelajaran yang kedua untuk Sutarjo agar tak mudah kecewa dan berputus asa.
Namun, kesedihan tak mudah dilupakan. ‘Penasihat spiritual’-nya pun memberi saran untuk membuat acara kenduri atau selamatan. Sayangnya tak banyak yang menghadiri acara tersebut. Karena warga dan muspida lebih senang menghadiri acara serupa yang diselenggarakan oleh pesaingnya yang telah memenangkan pemilihan kepala desa.
Maka kembali ‘penasihat spiritual’nya memberikan pelajaran, bahwa dalam berpolitik itu janganlah terlalu serius.




Judul : Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi
Penulis : Kuntowijoyo
Jenis buku : Kumpulan cerita Pendek
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun Terbit : 2013
Harga : Rp 10.000 (buku obral gramedia)
ISBN : 978-979-709-742-4


Sebelum masa reformasi, Kuntowijoyo lebih dikenal dengan jenis tulisan yang bernapaskan islami. Dari mulai novel, artikel hingga esai. Karya Kuntowijoyo yang pernah saya baca sebelum ini adalah “Impian Amerika” dan “Makrifat Daun, Daun Makrifat”.
Bagi saya yang pernah membaca “Impian Amerika” (selanjutnya disingkat IA), membaca beberapa kisah dalam kumpulan cerita pendek “Pelajaran Pertama Bagi Politisi” (selanjutnya disingkan PPBP) ini bagaikan nostalgia dan kembali menikmati novel IA yang lebih berupa fragmen-fragmen peristiwa. Ini karena ada beberapa cerita pendek yang mmenggunakan setting di Amerika Serikat, yaitu “Abe Smitt” dan “Ramon Fernandez”.
Dalam kumpulan cerita pendek PPBP ini, Kuntowijoyo menyuguhkan beragam pesan dan –seperti judulnya- pelajaran. Dari soal sosial bertetangga (dan bernegara) dalam cerita pendek “Gigi”, “Jl. Kembang Setaman, Jl...” dan “Rt 03 Rw 22 Jalan Belimbing... “, soal sosial dan keprihatinan terhadap kemiskinan, seperti dalam “Ramon Fernandez”, “Anjing-anjing Menyerbu Kuburan”  politik dalam “Tawanan”, “Pistol Perdamaian” hingga soal makna kebahagiaan seperti dalam “Sampan Asmara”.
Semua cerita pendek dalam kumpulan cerita pendek ini telah dimuat pada harian Kompas. Dan menurut Bakdi Soemanto dalam pengantarnya yang terdapat pada kumpulan cerita pendek ini, karya Kuntowijoyo kali ini memberi makna mendalam dibandingkan karya cerita pendek masa kini yang banyak dimuat di koran-koran, termasuk di koran kompas sendiri. Saya pribadi sepakat dengan pendapat ini. Bagi saya karya-karya Kuntowijoyo selalu membuka dan menggugah cara berpikir baru, selalu memberi pencerahan tanpa banyak menggurui. Dan berbeda dengan karya-karya sebelumnya, di mana Kuntowijoyo sselalu menjelma bak 'kyai', 'ustadz' atau mubalig dalam karyanya, kali ini, pada kumpulan cerita pendek PPBD ini, Kuntowijoyo telah menjadi guru politik yang memberika pelajaran pertama bagi politisi meski Kuntowijoyo sendiri bukanlah seorang politikus.
Sayangnya, ada beberapa kosakata bahasa jawa dan inggris yang tak disertakan terjemahan dan penjelasannya. Saya pikir ini akan menjadi kesulitan bagi pembaca yang tak banyak mengerti bahasa jawa, seperti saya ini.

Kumpulan Cerpen ini saya beri bintang tiga.