Rabu, 30 September 2015

The Last Window Giraffe

The Last Window Giraffe
Sang Diktator dalam Kamus Sejarah Hongaria




Judul               :The Last Window Giraffe- Hari-Hari Terakhir Sang Diktator
Penulis             : Peter Zilahy
Penerbit           : Penerbit Bentang-Lini Bentang Pustaka
Tebal               : vii + 186 halaman
Harga              : Rp 30.000

Termulakanlah....
Informasi singkat tentang buku ini pernah saya dapatkan pada majalah Matabaca terbitan PT Gramedia (kini majalah ini sudah ‘Tamat’). Disebutkan bahwa buku ini bagai sebuah ensiklopedi yang memberi informasi (baca bercerita) tentang peristiwa demonstrasi besar di Belgrade- Hongaria.
Sebagai orang yang belum banyak mengenal Belgrade apalagi negara Hongaria (atau Hungaria?), tak ayal kata ‘diktator’ pada sampul buku ini menerbitkan rasa penasaran Saya.

Tersebablah....
Novel ini ternyata telah meraih penghargaan ‘Book of Year Prize Ukraina’ pada tahun 2003. Dan telah pula diterjemahkan  ke dalam 19 bahasa. Sang penulis, Peter Zilahy adalah sastrawan muda serba bisa. Ia tak hanya piawai menulis prosa, namun juga puisi. Selain itu ia juga merupakan fotografer handal yang juga jago bermain teater. Tak heran buku ini penuh dengan gambar dan foto yang unik dan menarik, meski tak satu pun ada keterangan mengenai pemilik, fotografer foto atau pelukis yang menyumbangkan gambar-gambar dalam buku ini.

Tertorehlah....
November 1996, rakyat turun ke jalan-jalan. Kekecewaan akan penguasa Yugoslavia yang memanupulasi hasil pemilu merupakan pemicunya. Sekejap saja sudah terjadi kekacauan di mana-mana. Chaos menjadi hal yang tak terelakkan. Rakyat berharap Sang Diktator, Slobodan Milosevic, turun dari tahtanya.
Polisi anti huru-hara, militer, wartawan, hingga anak-anak dan perempuan ‘teraduk-aduk’ dalam pusaran demonstrasi yang digawangi oleh kaum muda dan mahasiswa. Kastil Belgrade yang pernah menjadi salah satu rampasan kekasairan Ottoman Turki menjadi tempat ‘favorit’ rakyat yang ingin menyaksikan demonstrasi dari ketinggian. Peter pergi menuju Belgrade dengan kereta api ekspress meski tahu kondisi di Belgrade sedang tidak kondusif. Dan setibanya di Belgrade, Peter terlibat demonstrasi yang brutal dan anarki.

Terikhtisarlah....
Peter berkisah tentang penderitaan rakyat akibat ulah diktator tanpa satu pun kata bernada ratapan. Pada kenyataannya, dalam buku ini Peter lebih banyak bercerita tentang negeri indah yang terkotori oleh tangan-tangan penguasa lalim. Bahwa demonstrasi dan penggulingan tahta kekuasaan bukanlah akhir dari segalanya. Bahwa sejarah yang terukir pada saat itu hanyalah pengulangan dari sejarah kelam Belgrade dan Yugoslavia di masa lalu. Lewat kisah bangsa Magyar, Rusia, Mongolia, hingga Turki, Spanyol dan sejarah-sejarah bangsa Eurasia lainnya, Peter mengajak pembacanya untuk merenungi besarnya kerugian akibat chaos, demonstrasi dan kerusuhan besar-besaran, karena kekecewaan rakyat terhadap pemimpin yang lalim dan tak punya hati nurani. Diakhir kisah, Peter menyibak konspirasi di balik demonstasi yang telah terjadi. Bahwa Soros Foundation dan konspirasi internasional adalah dalang di balik semua kerusuhan yang ada.


-selesai-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar